Pematangsiantar-Puluhan orang dari berbagai kalangan hadir dalam acara bertajuk "Ngobrol Santai Soal Siantar" yang diinisiasi Tim Cakap-Cakap Siantar, di Grand Palm Hotel, Jalan MH Sitorus, Kecamatan Siantar Barat, Sabtu (9/2/2019) pagi lalu. Dalam acara itu, tokoh politik, praktisi hukum, akademisi, tokoh agama, dan sejumlah pengamat lainnya menyampaikan pendapatnya tentang kondisi Pematangsiantar saat ini.
Mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, sumber daya manusia (SDM), perdagangan hingga infrastruktur di Kota Pematangsiantar, yang dinilai masih jauh dari harapan seluruhnya dikupas.
Dalam kegiatan itu, hadir Alpeda Sinaga, seorang pengusaha sukses di perantauan. Ia adalah putra kelahiran Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Robert Siregar, salah seorang akademisi, mengawali acara Ngobrol Santai menuturkan, bicara Siantar itu harus dimulai dengan niat, kepedulian, dan paham.
Robert Siregar, salah seorang akademisi, mengawali acara Ngobrol Santai menuturkan, bicara Siantar itu harus dimulai dengan niat, kepedulian, dan paham.
Alpeda Sinaga, Putra Sidamanik yang Ingin Jadi Wali Kota Pematangsiantar |
Menurutnya, Siantar merupakan lokasi yang asyik, mulai dari letak geografisnya hingga kondisi cuacanya.
“Secara geografis, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Cuaca tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Tidur pun enak,” ucap Robert.
Di sisi lain, sambung Robert, Siantar juga memiliki potensi untuk menjadi pusat pendidikan, khususnya di wilayah barat Sumatera Utara.
Namun, kata Robert, masih ada pekerjaan yang cukup berat yang harus diselesaikan, salah satunya eks HGU PTPN III di Tanjung Pinggir, yang sampai kini masih belum menjadi milik Pemerintah Kota (Pemko) Siantar.
“Pengembangan ke pinggiran kota yang sampai saat ini belum dilakukan. Dan eks HGU itu sangat berpotensi untuk dikembangkan,” tegasnya.
Pandangan lain disampaikan Kennedy Parapat. Menurut Anggota DPRD Siantar ini, Siantar tidak memiliki SDM (sumber daya manusia) yang cukup dan dibutuhkan pemimpin yang bisa melihat potensi pembangunan.
“Setiap tahunnya, pemerintah bersih, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pemberdayaan UMKM, selalu dijabarkan pemerintah. Tapi, belum ada perubahan di Siantar,” ujar Kennedy.
Dari sektor pariwisata, Sultan Saragih, seorang budayawan berpendapat, hingga kini pegiat-pegiat krearif belum terhubung dengan Pemko Pematangsiantar.
“Secara geografis, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Cuaca tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Tidur pun enak,” ucap Robert.
Di sisi lain, sambung Robert, Siantar juga memiliki potensi untuk menjadi pusat pendidikan, khususnya di wilayah barat Sumatera Utara.
Namun, kata Robert, masih ada pekerjaan yang cukup berat yang harus diselesaikan, salah satunya eks HGU PTPN III di Tanjung Pinggir, yang sampai kini masih belum menjadi milik Pemerintah Kota (Pemko) Siantar.
“Pengembangan ke pinggiran kota yang sampai saat ini belum dilakukan. Dan eks HGU itu sangat berpotensi untuk dikembangkan,” tegasnya.
Pandangan lain disampaikan Kennedy Parapat. Menurut Anggota DPRD Siantar ini, Siantar tidak memiliki SDM (sumber daya manusia) yang cukup dan dibutuhkan pemimpin yang bisa melihat potensi pembangunan.
“Setiap tahunnya, pemerintah bersih, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, pemberdayaan UMKM, selalu dijabarkan pemerintah. Tapi, belum ada perubahan di Siantar,” ujar Kennedy.
Dari sektor pariwisata, Sultan Saragih, seorang budayawan berpendapat, hingga kini pegiat-pegiat krearif belum terhubung dengan Pemko Pematangsiantar.
Ia mencontohkan lapangan parkir pariwisata hanya sebagai lokasi parkir. Sementara, banyak pegiat-pegiat kreatif lokal yang membawa nama Siantar sampai ke luar negeri. Sayangnya, tidak mendapat dukungan dari Pemko.
“Saya sendiri tidak merasakan peran pemerintah untuk pengembangan pariwisata,” ujar Sultan.
Sementara salah seorang praktisi hukum, Daulat Sihombing menjabarkan tiga poin penting soal Siantar. Pertama, demokratis, kedua anarkis, dan ketiga friendly (ramah, red).(*)
“Saya sendiri tidak merasakan peran pemerintah untuk pengembangan pariwisata,” ujar Sultan.
Sementara salah seorang praktisi hukum, Daulat Sihombing menjabarkan tiga poin penting soal Siantar. Pertama, demokratis, kedua anarkis, dan ketiga friendly (ramah, red).(*)
Sumber Data: BENTENGSIANTAR.com
0 Komentar