Ticker

6/recent/ticker-posts

MALAIKAT DARI JAUH

Rumah Ibu Elsita Purba. Foto Birgaldo Sinaga
Batam-Kemarin saya sedikit emosional melihat keluarga Ibu Elsita Purba. Emosional karena melihat rumahnya yang lebih pas disebut gubuk.

Belum lagi si Ibu membesarkan 5 anaknya seorang diri. Kelimanya disekolahkan semuanya. Itu sudah berlangsung sejak tahun 2013.

Pada 2013 suami ibu Elsita  Pak Rio Sinaga meninggal dunia. Anak bungsunya Debora masih usia 1 tahun saat itu. Kini Debora sudah duduk kelas 2 SD.

Waktu bertemu dengan Bu Elsita dan anak2nya saya ingin mengetahui apa yang mereka butuhkan. Entah mengapa saya bertanya seperti itu. Biasanya jika mengunjungi saudara2 sebangsa yang sedang susah saya tidak pernah menanyakan hal itu. 

Tapi saat melihat keadaan mereka, ada getaran berbeda di dada saya. Saya seperti merasakan ada sesuatu yang ingin disampaikan pada saya. 

"Anak2 saya membutuhkan handphone Pak", ujar Bu Elsita lirih. 

Saya tatap matanya. Ia sedikit menunduk. Saya tahu lidahnya pasti kelu sekali mengucapkan permintaan itu.

Handphone dibutuhkan utk belajar online dari sekolah. Sejauh ini Hepi, Dina dan Debora belajar meminjam dari temannya. Mereka tidak punya handphone.

Saya mengucap dalam batin. Saya akan berusaha mencarikannya. Itu kebutuhan terpenting bagi anak2nya. Belajar. Mencari ilmu. Hidup boleh miskin tapi mencari ilmu pengetahuan tidak boleh miskin.

Kemarin malam, sebuah pesan dari follower saya Pak @budi_muharsyah mengirim pesan.

Pesannya membuat mata saya berkuah. Kuah soto Medan. 

"Bang..saya ingin membeli handphone buat ibu yang di Batam. Bagaimana caranya?".

Saya membalas agar Pak Budi membeli saja di kotanya lalu mengirimkannya ke alamat rumah saya.

Hari ini, Pak Budi mengirim kabar. Ia telah membelikan handphone buat Bu Elsita. Handphone itu dikirim ke alamat rumah saya. Dan jika tiba akan saya antar langsung ke Bu Elsita.

Tadi sore saya bertemu Bu Elsita. Saya datang utk menghitung kebutuhan atap seng dan triplek utk bedah rumahnya.

Saat bertemu saya bisikkan ke Bu Elsita. 

"Bu Elsita..ada malaikat baik akan memberi hadiah handphone buat Ibu. Mdh2an akan nyampe dalam waktu dekat", ucap saya.

Spontan wajah Bu Elsita bersinar. Senyum bahagia tampak dari garis mukanya. Ia senang sekali. Hepi anak perempuannya ikut senang. Rasanya seperti dapat lotere.

Dunia ini fana. Hidup ini funny. Kefanaan dunia diisi dengan kelucuan. Kegembiraan. 

Para malaikat baik dari jauh itu mengisi dunia yang fana ini dengan kegembiraan. 

Datang menyapa si miskin dengan hadiah2 yang tidak terduga. Terimakasih Pak Budi utk hadiah terbaik bagi anak2 Bu Elsita. Tuhan memberkati Pak Budi. Salam perjuangan penuh cinta. 
******

IBU SINGLE PARENT INI MESKI STROKE MASIH MEMULUNG DEMI 5 ANAKNYA

Hari ini kami tim relawan kemanusiaan Sahabat Birgaldo Sinaga menyambangi kediaman Ibu Elsita Purba.

Kami mendapat info dari teman2 di Batam ada seorang Ibu single parent sedang kesusahan. Beritanya sudah rame di medsos tadi pagi.

Rumahnya berada di pelosok Batam. Kami kesulitan mencari alamat rumahnya karena informasi yang kami dapat tidak begitu jelas.


Akhirnya setelah memutar2 di beberapa RT RW beruntung ada yang mengenali Ibu Elsita. Rumahnya berada di areal rumah liar Tanjung Piayu. Gubuk itu dibangun seadanya dari triplek bekas. Seng2 bekas jadi atap tanpa plafon. Kamarnya hanya satu.

Ibu Elsita sehari2 bekerja memulung barang bekas. Dulu sebelum corona ia mengaku bisa mendapat 50ribu setiap hari. Kini hanya bisa dapat 20ribu. Barang2 bekas langka ditemukan.

Ibu Elsita punya anak 5. Anak sulungnya laki2 sedang sekolah di kampung halaman Dolok Sanggul. Sekarang kelas 12 SMA. Tahun ini tamat.

Anak keduanya Hepi kelas 2 SMP. Dina kelas 5 SD. Debora kelas 2 SD. Dan si bungsu kelas 1 SD.

"Apa yang ibu butuhkan sekarang?", tanya saya.

"Anak2ku butuh handphone untuk belajar online. Untuk ulangan online", ujar Bu Elsita.

"Apalagi selain handphone Bu?", tanya saya lagi.

Ia tersenyum kecil. Ia merasa cukup dengan pemberian beras dan telur. Ia tidak meminta lagi.

"Kesehatan sayalah ya Pak", ucapnya pelan.

Ahhh..saya benar2 terharu mendengar permintaan sederhana namun sangat berarti ini. Kesehatan. Ia tidak meminta rumahnya diperbaiki. Padahal rumahnya bocor dan sempit.

Ibu Elsita hanya butuh anak2nya bisa belajar online. Dan didoakan kesehatannya. Tidak ada permintaan lain.

Saya teringat dengan mamak saya. Mamak punya anak 9 orang. Kehidupan keluarga Ibu Elsita 11 12 dengan keadaan saya saat masa kecil dulu.

Semua Ibu di dunia akan melakukan apapun demi anak2nya agar bisa bersekolah. Seperti mamaku dulu yang pontang panting menyekolahkan kami anak2nya.

Dari Bu Elsita saya belajar banyak, hidup ini bukan tentang apa yang ingin kita dapatkan. Tapi tentang prioritas utama dalam menghadapi kehidupan.

Anak2nya. Dan kesehatannya. Itu saja.


Terimakasih Bu..
(Birgaldo Sinaga)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar